Wahid Sabillah's

Personal Blog

Selasa Jam Sembilan Malam

Leave a Comment

Ada yang diam-diam memperhatikanmu dari jendela berembun di ruangan itu. Ia hafal, kapan kamu akan menghela nafas panjang, atau merebahkan kepala yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.

Matahari hari ini tidak terik. Sinarnya dilahap awan-gemawan yang berarak-arak, kelabu, kelabu dipenuhi rindu. Satu hari tidak pernah cukup, jika kau tawarkan beribu hari pun tidak akan pernah cukup. Rindu telah mengakar kuat dan tumbuh subur dilansekap harap-harap.

Lampu jalanan adalah benda yang paling bersedih. Menerangi orang-orang yang memiliki rindu yang bergolak-golak mendidih. Lampu taman adalah benda paling malang, disambiti batu oleh orang-orang. Dan kamu, adalah manusia yang tidak mengerti, mengapa aku menaruh banyak harapan kepadamu.

Lewat jendela yang berembun, ku tinggalkan pesan-pesan. Tengoklah ke belakang, perhatikan mata-mata ku yang selalu memperhatikanmu tanpa rasa bosan.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment