Wahid Sabillah's

Personal Blog

Judging

Leave a Comment


Mari kita menarik nafas sejenak, puter soundcloud saya di atas, dan mari kita menguraikan tentang kebiasaan kita menilai orang.

Sebagai manusia, seringkali kita suka sotoy menilai orang. Dari sekelebatan kita bisa langsung menilai orang itu begini, orang itu begitu, padahal belum tentu orang yang kita nilai itu seperti itu. Kita melihat orang baik, padahal ternyata orang itu piciknya minta ampun. Kita melihat dan kemudian menilai kalau orang itu jahat, padahal gak jahat-jahat amat kok, masih ada sisi baiknya.

Biasanya percakapan ini terjadi dikalangan manusia-manusia rumpi, yang kerjaannya nilai orang setiap hari. Seringkali kita suka latah dengan penilaian orang lain. Si Anu bilang si A songong, lalu si Inu juga ikut-ikutan bilang si A songong. Padahal si Anu dan si Inu tidak setiap hari ketemu sama si A yang dibilang songong. Perbincangan si A mulai meluas, lalu muncul si Ani yang ikut-ikut menambahkan bumbu-bumbu penyedap tentang si A. Lengkaplah sudah si A menjadi santapan yang nikmat disajikan ketika makan siang bersama di kantor.

Lalu bagaimana kabar si A? Apakah kupingnya berdenging? Bisa jadi. Untungnya si A ada yang ngasih tau kalau dia abis diomongin. Penasaran dong si A sama yang ngomongin siapa? tapi si A berusaha tangguh dan legowo. Mengoreksi diri itu penting, diomongin di belakang berarti tanda kalau kita masih diperhatiin sama orang lain. Tapi kemudian si A juga berpikir, kok bisa-bisanya si Anu, Inu, dan Ani menilai dirinya songong, padahal ketemu setiap hari pun enggak.

Lalu, apa yang harus dilakukan si A saat bertemu orang-orang yang ngomongin dia di belakangnya? Apakah si A langsung melabrak seperti anak SMA? Atau si A berusaha tersenyum manis padahal dalam hatinya meringis? Atau lebih parahnya si A bener-bener berubah jadi songong di depan orang yang menilai dia?

Alangkah baiknya ketika kita merasa ada seseorang teman, atau kerabat dekat yang mulai berubah perilakunya, kita omongin baik-baik dengan yang bersangkutan. Jangan dibelakang. Tanya sebenarnya ada apa dengannya? Kalau gak suka, bilang sisi apa yang kamu gak suka dari dia. Setelah itu meminta maaflah karena kamu sudah menilai orang itu. Karena kamu tidak dapat menilai teman, kerabat dekat 100%, iya, karena kamu gak tidur bareng dan ketemu dia selama 24 jam sehari. Bahkan kerabat dekat, atau sahabat yang ketemu 24 jam sehari juga belum tentu tau detil dari orang itu? Apakah dia tau kalau si sahabatnya cebok pake tangan kanan? Apakah dia tau kalau lagi mandi sahabat kita itu ngacaan dulu setengah jam? Kita gak tau.

Orang berubah karena lingkungannya. Bisa jadi. Tapi liat lagi benar atau tidak. Jangan mengkambing hitamkan lingkungan. Jangan menilai seseorang dari lingkungannya. Kasihan lingkungannya menjadi tercemar karena rerumpian kamu yang belum tentu di mata orang lain juga sama begitu.

Tapi sah-sah aja orang lain menilai kita apa. Tetap jadi diri sendiri. Yakinlah apa yang kamu lakukan itu baik dan benar. Tidak merugikan diri kamu apalagi orang lain. Koreksi ke dalam diri kamu sendiri apakah benar penilaian tentang kamu, apakah benar kamu sudah berubah menjadi orang yang lebih buruk dari kemarin? Bukankah hari ini kamu harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik juga dari hari ini? Ya.... tapi semua kembali lagi ke diri masing-masing.

Terserah kamu lah.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment