Wahid Sabillah's

Personal Blog

Setengah Lusin Tangisan Yang Saya Ingat

Leave a Comment
Siapa bilang lelaki tidak boleh menangis? Di beberapa tulisan di blog tetangga menuliskan tidak ada salahnya seorang lelaki menangis. Bahkan seorang Nauval Yazid juga secara terang-terangan menuliskan di blog nya kalau ia kadang menangis. Saya sering menjumpai Bapak menangis, jadi tidak ada salahnya saya menangis.

Menangis itu enak dan perlu kata salah satu tulisan Om Roy di Linimasa. Semenjak saya membaca tulisan itu, saya tidak segan-segan menangis kalau sedang merasakan kebahagiaan yang memuncak, atau sedang berada di kondisi pelik.

Saya punya enam tangisan yang sampai saat ini tidak pernah saya lupakan, berikut deretannya:

1. Saya pernah menangis waktu kelas 3 SD ketika disuruh pergi mengaji oleh Ibu. Saya menangis karena tidak mau pergi mengaji di TPA, karena menurut saya lebih menarik bermain dengan teman-teman di lapangan ketimbang pergi mengaji. Akhirnya saya dicubit Ibu beberapa kali, dan nangis lah saya. Namun entah apa yang merasuki diri saya, saya malah menuliskan surat kepada Ibu saya dan menyelipkan ke Qur'an yang Ibu punya. Dan Ibu menunggu saya di depan rumah ketika saya pulang, lalu memeluk saya.

2.  Tangisan kedua yang masih saya ingat adalah ketika Kakek saya meninggal dunia sewaktu saya kelas 5 SD. Beliau sangat baik, sering membelikan mainan kalau pulang mengambil pensiunan. Menjadi orang pertama yang mengajari saya bermain layangan. Jadi, ketika beliau pergi untuk selamanya saya sangat sedih.

3. Ketika Nenek saya meninggal. Ini terjadi April tahun kemarin. Ketika itu saya sedang pergi bersama teman saya untuk membeli keperluan bisnis di supermarket. Dan saya ditelpon adik saya yang sudah menangis kalau Nenek sudah tidak ada. Saya menangis di supermarket itu, di dalam mobil sepanjang jalan pulang, dan teman saya menenangi saya.

4. Juga ketika Nenek saya meninggal. Ini terjadi Agustus 2014. Beliau adalah orang yang baik. Orang yang selalu saya mintakan uang bergambar Pak Harto waktu saya berumur lima tahun. Kalau tidak dikasih, saya akan menangis dan ngambek.

5. Ketika saya diputusi pacar pertama. Beberapa kali saya menangis, di kamar, di jalan pulang kuliah, di jalan pulang mengantarkan ia ketika pertama kali kita berjumpa setelah putus.

6. Ketika saya berhasil move on dari pacar pertama dan menemukan dia yang sekarang selalu ada di pikiran saya. Dia telah membuat saya menangis di setiap akhir pekan beberapa minggu belakangan ini. Ia berhasil membuat saya menangis ketika ia menceritakan tentang ia yang berusaha sembuh dari kecelakaan. Ia berhasil membuat saya menangis ketika Ibu saya bilang kepada saya kemarin sore "Semoga berlanjut ya, Nak", dan Ia berhasil membuat saya menangis ketika saya bertanya kepada diri saya "Apakah dia yang akan menemani saya selama-lamanya pada akhirnya? dan apakah dia bersedia menunggu dua atau tiga tahun lagi untuk saya?" saya tidak tahu. Jodoh pasti bertemu, katanya.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment