Wahid Sabillah's

Personal Blog

Cap Tentang Dirimu

2 comments
Sudah cukup cap yang melekat dalam dirimu.

Aku mengenalmu sejak pertemuan antara penulis baru di Taman Ismail Marzuki seminggu setelah hari kemerdekaan lima tahun yang lalu. Awalnya aku tidak punya simpati kepadamu, kamu bukan lelaki dengan kriteria yang aku inginkan. Aku ingin lelaki yang pandai berhitung, bisa menggambar rancang bangun gedung bertingkat, bukan seperti dirimu yang setiap hari hanya dihabiskan dengan memasak kata yang kemudian kamu tulis di blog yang hampir dua hari sekali selalu kamu perbaharui.

Aku suka menulis, tetapi aku tidak ingin seorang lelaki yang seprofesi denganku. Di saat orang-orang di luar sana mencari pasangan yang sebisa mungkin mempunyai banyak kemiripan, walaupun pasti semua manusia di semesta ini tidak sama. Dengan alih-alih memirip-mirip kan wajah, memirip-miripkan hobi, sampai dengan berusaha mencocok-cocokan tanggal lahir dengan lawan jenisnya -yang malah terlihat seolah-olah mereka memaksa mencari pasangan sejati. Aku sebaliknya, Aku lebih tertarik mencari pasangan yang berbeda dengan diriku.

Tetapi hati yang memilih. Seluruh sistemku seakan disetir ke arahmu. Kamu berdiri membacakan sebuah prosa yang membuat hatiku memantapkan kalau kamu adalah impianku. Hatiku tertambat kepadamu dan dengan proses yang panjang akhirnya kita berdua resmi berpacaran. Kamu resmi mempunyai cap seorang kekasih dan pujangga di hariku.

Cap seorang pujangga bertahan lama. Kamu kirimkan surat surat cinta dengan kata-kata manis, kamu buatkan puisi puisi indah untukku. Setiap malam pasti akan selalu ada kalimat yang membuat hatiku semakin tenggalam kedalam dirimu.

***

Malam ini aku dan kamu berpakaian bagai ingin ke pesta. Kamu dengan blazer coklatmu, dan aku dengan gaun malam terbaik yang aku miliki. Ini adalah kali pertama kamu mengajakku makan malam mewah. Kamu menjemputku dan mengajakku ke tempat makan pinggir pantai yang aku yakin tempat ini adalah tempat yang mahal.

"Aku tidak tau alasan mengapa kamu mengajakku makan serba mewah seperti ini" aku menanyakan kepadanya.

"Ini hadiah untukmu" jawabnya sambil tersenyum.

Aku mengernyitkan dahi tanda heran.

"Buku yang aku tulis berhasil diterima penerbit," kamu meraih tangan kiri ku "ini semua karna kamu, kamu inspirasi dari ditulisnya buku itu" sambungnya.

Aku menutup mulut dengan tangan kananku, aku tidak tau harus berkata apa. Aku tahu selama ini kamu berusaha menulis untuk bisa diterbitkan. Aku ucapkan selamat untuknya.

Malam ini langit tampak cerah, bulan di atas sana bulat sempurna. Setelah empat tahun berpacaran ini adalah malam termahal yang kita lewati bersama.

"Kamu masih mau menjadi seorang yang menginspirasiku?" pertanyaan yang keluar dari mulutmu.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Dengan ini kamu mempunyai cap resmi seorang penulis.

***

Hari terus berganti, dan buku yang kamu terbitkan banyak diburu orang. Mendadak kamu menjadi sangat tenar, dan ketenaran lambat laun menggrogoti dirimu. Dirimu berubah menjadi arogan, cap pada dirimu bertambah satu, aku bukan lagi sebagai inspirasimu. Sekarang aku seperti robot yang harus mengikuti semua cerita yang kamu tulis.

Cintaku kepadamu membutakan mata dan hatiku. Ku turuti semua keinginanmu, semuanya, walaupun kadang memberatkanku tetapi aku lakukan semua itu. Sampai akhirnya aku tersadar semua ini tidak benar. Kendati aku tersenyum tapi hatiku nelangsa. Aku ingin bebas dari kungkungan ceritamu yang membebat diriku. Perlahan aku berusaha keluar dari jalan ceritamu, sampai pada malam itu.

***

Aku duduk berdua berhadapan dengannya di sebuah kedai kopi. Seperti biasa aku menyaksikanmu asik dengan laptop yang menjadi senjata sekunder untuk menulismu. Hampir setengah jam kita tidak berbincang.

"Jadi bagaimana? sudah sampai mana ceritanya?" aku mencoba mengawali perbincangan malam itu.

"Sebentar lagi akan sampai endingnya, mudah-mudahan cerita ini akan laris," katamu dengan nada mantap. "Bagaimana kalau kamu harus...."

"cukup." aku memotong. Kukeluarkan semua sampah yang sudah kutahan lama kepadamu, kujelaskan aku ingin bebas dari kungkungan ceritamu, tetapi kamu tetap ingin aku mengikuti ceritamu. Malam itu kamu berkata dengan nada tinggi kepadaku, ini adalah kali pertama kamu marah besar kepadaku, tetapi ini semua harus terjadi, aku tidak ingin menjadi bonekamu lagi.

Setelah sekian banyak kalimat dengan nada tinggi terlontar dari mulutmu, kamu menutup laptopmu dan menghambur keluar meninggalkanku yang tengah berderai air mata. Dengan begitu cap pada dirimu bertambah satu lagi, cap bukan lagi kekasihku mengakhiri semua cap yang telah dirimu miliki.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments:

  1. capnya banyak juga hehe
    btw baguuuss cerpennya
    suka :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Judulnya kan Cap Tentang Dirimu. Ya cap nya harus banyak mbak. hehehe. Terimakasih ya mbak sudah mau mampir.

      Delete