Wahid Sabillah's

Personal Blog

Berdistraksi

1 comment
Ketika musim kemarau panjang datang, akan ada saat dimana harum tanah basah akan dirindukan. 

Kira-kira apalagi pernyataan yang mampu mendistraksi fikiran saya saat ini? Ketika dua hari lagi nasib saya selama empat tahun pulang pergi Depok - Cilandak untuk bersekolah akan ditentukan. Sidang tugas akhir akan datang, tepatnya hari Sabtu 20 September 2014. Lima hari setelah hari ulang tahun, saya kembali diuji untuk menjadi manusia dewasa, -yang apabila saya lulus dari ujian ini, akan ada gelar tambahan di belakang nama saya, 

Wahid Sabillah S.Kom.

Jujur pada saat mengetahui tanggal sidang, perasaan cemas, senang, dan ngeri melebur menjadi satu, kemudian mengkristal dan menghantui saya setiap hari. Terhitung sudah tiga hari saya susah tidur, memikirkan masa depan yang belum jelas, abu-abu. Apakah yang akan saya lakukan ketika sudah selesai studi S1 ini? Saya pun tidak tahu jawabannya. Walaupun cita-cita bekerja di luar Indonesia begitu membara, tapi bagaimana jika cita-cita itu kembali kandas? Saya harus berbuat apa?

Oke, tujuan utama saya menulis blog kali ini yaitu berdistraksi. Saya ingin keluar sejenak dari bayang-bayang sidang tugas akhir yang tidak sampai empat puluh delapan jam lagi. Saya mulai saja distraksi kali ini.
  • Duduk di salah satu cafe di jalan Senopati dan gratis.
Saya mulai dari angan-angan bisa duduk di salah satu cafe wah di jalan Senopati secara gratis. Jalan Senopati terkenal dengan cafe yang menawarkan menu yang harganya sangat tidak cocok untuk kantong mahasiswa kere seperti saya. Setiap saya lewat jalan Senopati, ketika melihat cafe-cafe wah itu buka dan memajang katalog makanan di depan, yang saya lakukan hanya menahan supaya liur saya tidak jatuh. Gambar menu dari katalog makanan yang disediakan memang begitu menggoda, ditambah dengan rancang bangunan dari setiap cafe beragam. Cacaote salah satu tempat yang paling ingin saya masuki, saya rasa tempat itu cocok untuk melamun berjam-jam, tapi sayang kocek untuk masuk Cacaote lumayan besar. Mungkin ada yang baik hati mau menyisihkan uangnya untuk membiayai saya melamun berjam-jam di Cacaote?
  • Punya Steinway & Son's di rumah.
Saya adalah orang yang sering berkhayal. Tak jarang saya sering nyungsep karna khayalan yang terlalu tinggi. Khayalan yang satu ini saya yakin seribu persen tidak akan terwujud. Steinway & Son's adalah brand piano mahal yang harganya juga mahal. Harga satu piano bisa seharga satu rumah BTN tipe 41 dibayar kontan. Piano ini touchable, setiap pianis amatir yang sok berkelas pasti mengidam-idam kan punya Steinway & Son's di rumahnya atau paling tidak mengidam-idam kan bisa bermain Steinway & Son's plus berfoto untuk dipajang menjadi avatar twitter atau profil picture facebook.
  • Menulis dengan padat
Kalian bisa baca sendiri betapa berantakannya tulisan saya. Cita-cita dadakan saya yang muncul sekitar setahun yang lalu adalah menjadi penulis. Dari beberapa artikel yang saya baca, untuk menjadi penulis harus mempunyai tulisan yang padat, kencang, memiliki tempo, dan mempunyai bahasa sendiri. Kalian bisa lihat, Dewi Lestari wannabe masih terlihat cukup jelas dalam tulisan saya. Sok menulis dengan istilah sains, padahal saya tidak begitu faham dengan kata itu. Seperti kata berdistraksi. Kata ini terlihat keren, oleh karena itu saya buat judul tulisan ini Berdistraksi. Padahal saya tidak mengerti sama sekali makna berdistraksi itu apa.
  • Berbincang dengan teman di garasi dengan penerangan lilin.
Latar yang saya buat dari Telunjuk adalah di sebuah garasi. Latar itu terus terbayang di benak saya. 14 September 2014 saya sengaja mengundang beberapa teman main futsal untuk makan sore di rumah saya. Acara makan sore itu diisi dengan perbincangan yang memang tidak jelas. Perbincangan itu bergulir hingga malam. Karna garasi tidak ada lampu, jadi saya mengeluarkan tiga lilin yang habis begitu saja. Walaupun perbincangan waktu itu tidak jelas, tetapi kebersamaan membuat pertemuan itu berkesan.
  • Mempunyai Cafe.
Karna untuk melamun di cafe Senopati mahal, sempat terfikir untuk membuat cafe sendiri dengan desain interior seperti rumah jaman dulu. Dengan jendela kaca bersekat kayu, dengan tralis kuningan mengkilap yang dipasang. Ruangan cafe dengan pendingin sedang, tidak ada asap rokok, ada rak buku di sudut ruangan, dengan mesin espresso yang sesekali menyala untuk membuat kopi untuk orang-orang yang mau melamun di cafe itu. Lalu cafe itu berkembang, setiap malam minggu orang-orang bergantian datang dan pergi untuk pacaran, lalu kemudian cafe itu menjadi frenchise kelas dunia. Oh, khayalan yang tinggi sekali Tuan.

Tolong... saya butuh udara untuk bernafas, saya butuh ruang untuk bergerak, saya butuh jeda agar fikiran tentangmu berangsur reda wahai sidang tugas akhir.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

1 comment:

  1. Semoga Steinway & Son's nya bisa kebeli ya suatu hari nanti.

    Semoga keinginan untuk punya cafe dapat terwujud juga.

    Aaamiiiiin

    Terimakasih ya sudah mau mampir.

    ReplyDelete