Wahid Sabillah's

Personal Blog

Tidak Mengenal Libur

2 comments
Saat saya menuliskan postingan ini, ingatan saya sedang berada dimasa saya Tidak Mengenal Hari Libur.

Sepulang sekolah dasar, dengan dijemput dengan sepeda kepunyaan mbak, yang di depannya ada keranjang dan mempunyai bangku untuk boncengan, yang sekarang sepeda itu menjadi barang rongsokan yang diletakan di gudang depan rumah, saya menyimpan rasa kesal sepanjang jalan pulang. Kesal ini timbul karna waktu itu saya tidak mengenal hari libur.

Setiap hari selalu diisi dengan kegiatan, dari mulai pergi belajar mengaji setiap hari selasa sampai kamis. Kursus piano setiap hari senin yang dimulai dari jam tiga sampai jam tiga tigapuluh. Ditambah dengan ikut teater setiap hari minggu, hari sabtu saya harus pergi les bahasa inggris, ditambah lagi dengan kegiatan sekolah setiap hari senin sampai sabtu. Saya selalu iri dengan teman saya yang setiap hari bisa berlari kesana kemari di tanah lapang yang ada didepan rumah saya. Melihat mereka bermain bola, layangan, dan bermain kelereng.

Sewaktu SD, saya sudah akrab dengan pindah bus kota karna di oper, pindah bus kota karna ban nya bocor, menunggu bus di terminal Kampung Rambutan pada saat jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, yang padahal besok paginya saya masih harus pergi sekolah. 

Kekesalan itu terus berlanjut sampai saya menyadari usaha saya sewaktu saya kecil itu membuahkan hasil pada masanya.

Hidup ini adalah proses. Proses untuk mendapatkan hasil yang akan diterima dari masukan, inputan, usaha yang telah dibuat tempo hari. Saya dipaksa menjadi manusia yang dewasa sebelum waktunya, mencari pengalaman, yang dengan pengalaman itu sering kali saya mendapatkan imbalan uang jajan.

Saya ingat dulu sewaktu SD saya sering mendapatkan tiket gratis main wahana di Taman Ria Senayan hasil dari bernyanyi setiap minggu pagi. Selain mendapatkan tiket gratis, saya juga mendapatkan uang jajan senilai dua puluh lima ribu rupiah dari hasil nyanyi setiap minggu itu. Senangnya luar biasa saat itu, anak SD yang bisa main wahana di Taman Ria Senayan secara gratis dan mendapatkan uang jajan.

Keseharian saya sewaktu kecil dihabiskan diluar rumah. Pergi hampir setiap minggu, menunggu Bapak datang menjemput di apotek Prapanca dengan Ibu. Hujan-hujanan bertiga dengan ditutupi dengan jas hujan ponco dengan menaiki Vespa. Hari - hari saya sewaktu itu lebih sibuk dari orang pegawai kantoran biasa, sampai pernah disuatu hari, orangtua saya hampir ingin mendaftarkan saya untuk Homeschooling karna sangat sibuknya saya waktu itu. Dengan perasaan ikhlas dan tidak ikhlas, suka tidak suka, mau tidak mau saya harus mengikuti apa yang orangtua saya lakukan kepada saya, katanya demi masa depan saya.

Memang, masa kecil adalah masa yang seharusnya dihabiskan dengan bermain dengan teman teman di lapangan. Memang masa kecil saya tidak sama seperti masa kecilnya anak - anak lain diluar sana. Tetapi ketika saya mempunyai waktu luang, dan saya bermain dengan teman - teman dirumah, kedua orangtua saya tidak pernah mempermasalahkannya, tidak pernah membatasi saya untuk main apa, karna mereka menyadari, waktu saya bermain tidak seperti anak kecil biasanya. Orangtua saya tidak pernah membatasi jam bermain video game pada hari ketika saya tidak ada kegiatan, karna mereka tau momen seperti itu langka saya dapatkan sewaktu itu.

Pulang sekolah lebih awal karna harus pergi untuk latihan pementasan teater, sudah bukan hal yang tabu saya lakukan sewaktu SD. Hampir setiap minggu saya harus pulang lebih awal karna ada latihan pementasan teater, pergi casting dari satu rumah produksi ke rumah produksi lain. Teman - teman sekelas saya sewaktu SD sering merasa iri dengan saya, karna saya lebih pulang lebih dulu dari mereka semua. Tetapi mereka tidak mengetahui seberapa lelahnya, dan perjuangan yang akan saya dapatkan setelah pulang sekolah lebih awal dari jadwalnya.

Tapi sekarang, ketika saya bisa bermain setiap hari, menghabiskan hari hari dengan tidur dirumah, pulang kuliah selalu tepat pada waktunya, dan banyak sekali waktu yang kosong, saya merasa kalau diri saya sangat tidak produktif. 

Masalah produktif ini kembali muncul lagi. Saya merasa saya sewaktu kecil itu lebih produktif dari saya yang sekarang. Saya sewaktu kecil itu lebih punya banyak kegiatan yang berisi dari pada saya yang sekarang, dan sekarang saya merindukan masa masa kecil saya. Masa masa saya tidak punya waktu libur, saya merindukan masa masa tidak ada dirumah setiap hari, saya merindukan pergi setiap hari walaupun dengan perasaan ikhlas tidak ikhlas. Saya ingin sekali lagi merasakan Tidak Mengenal Hari Libur.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

2 comments:

  1. Wah, lu ini orang yg bener-bener beda dari pada yang lain, entah kenapa lu kayak nya lagi pengen banget ga libur ya? sampe kayak gini, padahal gua aja sering banget ngemis-ngemis buat hari libur, lu malah ga mau libur, gokil dasar haha. Orang kayak lu udah hampir mau punah, gua berharap ada salah satu pihak yg mau menjaga orang kayak lu gini :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. berarti harus di budidayakan ya? soalnya udah kebanyakan libur, otak jadi mampet.

      Delete