Saya pernah dua kali menulis surat cinta.
Surat cinta yang pertama adalah surat cinta yang saya buat dengan terpaksa, surat cinta yang di buat juga bukan karna keinginan saya. Surat cinta pertama yang saya buat adalah surat cinta untuk kakak kelas sewaktu awal saya duduk di bangku SMA.
Surat cinta yang sangat sederhana, yang saya tuliskan di selembar kertas wangi berwarna merah hati dan dibungkus dengan amplop yang diberi cap bibir. surat cinta yang sebenarnya bukan saya yang membuatnya, surat cinta yang kata kata nya saya ambil dari hasil percakapan saya dengan teman sewaktu saya SMP.
Malam itu saya menelpon salah seorang teman saya sewaktu SMP. Menceritakan tentang kegiatan ospek, apa saja yang di lakukan, apa saja barang yang harus di bawa setiap harinya. Saya menceritakan tentang tugas ospek yang harus saya buat untuk di bawa besok harinya, dia menceritakan kalau dia juga mendapatkan tugas yang sama, tugas membuat surat cinta untuk kakak kelas yang paling di senangi. Saya menanyakan apakah isi surat cinta yang akan dia buat, dan dia mengucapkan isi surat cinta itu.
“I Really Love You and Always Do” dia berkata di ujung telpon.
“begitu aja?” saya mengernyitkan dahi.
“iya, kakak gue yang buat”
Saya masih belom sepenuhnya percaya, di kepala saya surat cinta adalah surat yang panjang, yang berisi rayuan dan gombalan ber-alinea-alinea.
“beneran?” saya meyakinkan.
“bener” dia meyakinkan saya.
Walau sebenarnya saya belom seratus persen yakin, akhirnya saya tulis kata kata itu di selembar kertas wangi. Keesokan harinya saya berikan surat cinta itu kepada salah seorang kakak kelas yang saya kenal, bukan yang paling saya senangi. Jujur dari beberapa kakak kelas yang menjadi anggota OSIS tidak ada satu pun yang saya senangi.
***
Surat cinta kedua yang saya buat adalah surat cinta untuk pacar pertama saya.
Surat cinta yang saya tulis dari sobekan tengah buku yang masih baru. Saya lupa isi nya apa, yang saya ingat saya juga menuliskan “I Really Love You and Always Do” diakhir surat cinta itu. Surat cinta yang saya bungkus dengan amplop yang saya buat sendiri dari kertas origami berwarna merah hati, dan akan saya berikan esok harinya ketika kami bertemu.
Keesokan harinya saya bertemu dengannya, saya menunggunya di balik jendela kaca dengan mata yang tertuju kearah eskalator di bawah nya. Saya mengecek kembali surat cinta yang saya selipkan di salah satu bagian paling luar tas saya. Menunggu kedatangannya dengan harap cemas, dan akhirnya terlihat dia menaiki eskalator dan berjalan ke arah saya.
Dia berjalan ke arah saya dengan kacamata yang melorot, muka lemas, tetapi tetap tersenyum simpul. Senyum yang selalu saya nantikan di setiap kami bertemu, senyum yang saya rindukan ketika kami tidak bisa bertemu dalam waktu yang lama.
“udah dibeli tiketnya?”
“udah”
Kami duduk di berdua menunggu theater di buka, bercerita tentang kegiatan sekolah, tugas yang dibuat, dan itu hanya berlangsung sebentar. Sisanya kami hanya menatap satu dengan yang lainnya. Bagi saya menatapnya dalam dalam lebih menarik daripada bercerita, saya bukan orang yang pandai bercerita, tapi bisa dibilang saya pengamat yang baik, saya bisa menatapnya berjam-jam dan mengamatinya dengan tersenyum.
Suara dari speaker memberitahu kami kalau studio yang kami tunggu telah di buka.
Sekitar dua jam film itu selesai. saya buru buru membuka tas saya dan memberikan surat cinta yang saya buat semalam kepadanya.
“apa nih?” dia terkejut
“buat kamu, dibaca ya”
***
“I Really Love You and Always Do Too”
Pesan singkat yang saya terima malamnya sebelum tidur darinya.
*) Jakarta 13 Mei 2012. Di Malam Yang Merindukanmu.
0 saran:
Post a Comment