kamu datang di malamku, di ruang tersekat kaca kedap suara itu kamu menempelkan jari jemarimu, begitupun aku. tebal kaca menjadi penghalang kita. aku berteriak sekencang kencangnya, begitupun kamu, tapi hanya suaraku yang dapat aku dengar, dan kulihat air mukamu berubah pilu.
kamu memberikan isyarat kepadaku, tapi aku bukan ahli membaca isyarat. aku benci harus mengartikan isyaratmu yang kebanyakan hanya mengangkatku tinggi tinggi lalu beberapa saat kamu lepaskan lagi ke dasar bumi.
air mukamu bertambah pilu, hatiku membiru, tidak disangka batas ini bisa membuat kita dekat tapi tidak mampu mendekap, kita jauh. dekat adalah ketika kita bisa saling mendekap, bisa menyatukan jari jemari dan ketika aku tidak perlu menebak dan mengartikan isyarat yang kamu lempar, aku tidak bisa menangkap, dekat adalah ketika kita menjadi kuping untuk satu sama lain, bukan diruang tersekat kaca yang hening.
kita dibatasi.
kita dibatasi.
0 saran:
Post a Comment